Beritamuria.com. Sikap Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi (MenPANRB) yang memperbolehkan penggunaan mobil dinas untuk keperluan mudik lebaran patut disayangkan. Keputusan MenPAN-RB dianggap sebagai langkah mundur dalam membangun mentalitas PNS bersih dari abuse of power.
“Sama halnya mengajarkan para pejabat dan PNS menyalahgunakan aset negara tidak sesuai peruntukannya,” ujar Koordinator Milisi Penyelamat Uang Rakyat (M-PUR), Slamet Machmudi, Sabtu, 27 Juni 2015.
Pemkab Kudus diharapkan memiliki konsistensi dalam mengelola aset yang nota bene berasal dari uang rakyat. Ia berujar Bupati Kudus seharusnya meniru ketegasan Gubernur DKI Jakarta dan Walikota Surabaya yang berbeda sikap dengan MenPANRB. Menurutnya, mudik adalah aktifitas bersifat pribadi dan tidak selayaknya menggunakan fasilitas kedinasan.
Senada dengan Slamet, Sekretaris LSM Komunitas Masyarakat Mijen Berani (KOMJEN), Murwanto, berujar mobil dinas pemerintah dibeli dan dirawat oleh uang rakyat. Bukan tanpa resiko ketika mobil dinas dipergunakan aktifitas mudik. Sesuatu yang normatif jika pelarangan penggunaan untuk kepentingan pribadi diterapkan.
“Mobil dinas Pemkab milik rakyat, Jangan seenaknya dipakai mudik,” tegas Murwanto saat dihubungi Beritamuria.com, Minggu, 28 Juni 2015.
Lebih lanjut Ia mengatakan, melarang penggunaan mobil dinas untuk kepentingan mudik menunjukkan kepemimpinan yang bertanggungjawab dalam mengelola aset pemerintah. Kebijakan melarang ataupun tidak ada ditangan Bupati Kudus.
“Kita tunggu sikap Bupati Kudus. Lebih memilih sama dengan MenPAN-RB, ataukah mengikuti harapan masyarakat,” katanya.
Dalam catatan Milisi Penyelamat Uang Rakyat (M-PUR), sejarah mudik tahun sebelumnya Pemkab Kudus lebih memilih melepas mobil dinas yang dimiliki untuk kepentingan pejabat dan PNS. Tanpa disadari pilihan itu sangat menyakiti hati rakyat.
Penggunaan mobil dinas saat mudik, menurut M-PUR, tidak diatur batasan pemanfaatannya. Sehingga banyak masyarakat menemui mobil dinas saat lebaran berganti warna plat nomor (merah menjadi hitam), bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga. (Wkt).











