BERITAMURIA-GROBOGAN – Dalam
rangka melestarikan budaya adiluhung kekayaan budaya bangsa, sejumlah kalangan
berharap ada upaya penguatan bahasa daerah. Seperti yang harapkan para guru
Bahasa Jawa di Grobogan. Kalangan pendidik ini menginginkan agar siswa kembali
tertarik mempelajari Bahasa Jawa. Sebab saat ini dirasa ketertarikan terhadap
bahasa daerah tersebut sangat kurang.
Keprihatinan para guru Bahasa Jawa di Grobogan diwujudkan dengan berupaya
agar bisa menarik kembali minat para pelajar. Salah satu cara yang dilakukan dengan
memberikan teknik belajar yang menyenangkan bagi para siswa.
“Dengan begitu kami berharap siswa kembali tertarik untuk mempelajarinya.
Tidak hanya itu materi pelajaran yang kami berikan juga bisa tersampaikan,”
kata ketua MGMP Bahasa Jawa Grobogan Sri Paminto, Jumat, 20 Mei 2016, seperti
dikutip dari KORAN SINDO Seputar Muria.
Salah satu cara untuk menarik dilakukan sejumlah siswa SMA/SMK di Grobogan
supaya mudah belajar Bahasa Jawa, diantaranya membuat puzzle dan teka-teki
silang (TTS) Bahasa Jawa.
Upaya kreatif para siswa itu diperlihatkan dalam acara seminar Bahasa Jawa
yang dilangsungkan di Ruang Riptaloka, Setda Grobogan, kemarin. Ada sekitar 20
puzzle dan TTS yang dipamerkan dalam ruang seminar tersebut.
“Saya sangat mengapresiasi pembuatan puzzle dan TTS yang dilakukan para
siswa ini. Dengan adanya alat bantu ini akan membantu dalam belajar Bahasa
Jawa,” kata Paminto yang juga guru Bahasa Jawa SMAN 1 Purwodadi.
Menurutnya, selain siswa acara seminar juga diikuti guru Bahasa Jawa
SMA/SMK. Jumlah guru sekitar 35 orang. Acara seminar dibuka Kabid
SMP/SMA/SMK Diknas Grobogan Mus Hadi Purwanto. Diharapkan melalui seminar
tersebut bisa saling mendapatkan masukan dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
Sementara itu, Ketua Jurusan Bahasa Jawa Unnes Semarang Yusro Edy Nugroho
yang jadi pembicara seminar menyatakan, tantangan para guru Bahasa Jawa
sekarang ini dirasa memang cukup berat. Berbagai kendala muncul seiring
masuknya era globalisasi.
Ia berharap, diperlukan ragam inovasi untuk menarik minat siswa dalam mempelajari
Bahasa Jawa. Dengan kata lain, tidak harus menggunakan Bahasa Jawa sebagai
pengantar pelajaran. “Pengantarnya boleh dalam Bahasa Indonesia ataupun bahasa
apapun. Yang penting isi pelajarannya tersampaikan dengan baik,”
tandasnya.(ekh)